Kamera ini mencoba untuk menyatukan kelebihan dari dua dunia yang berbeda, DSLR dan kamera compact. Tes kami menunjukkan bahwa GXR belum bisa menyatukan seluruh kemudahan dari dua kelas kamera tersebut sekaligus. Donovan Dennis (VTP)
Ricoh memberikan inovasi baru dengan memproduksi seri GXR dengan konsep pergantian modulnya yang merupakan konsep yang cukup berani. Bentuk dengan dimensi kamera compact dibuat untuk mengakomodasi kelebihan SLR dengan kualitas gambarnya. Kelebihan dari dua dunia ini bila berhasil disatukan memang akan membawa dampak yang sangat menjanjikan. Hal ini yang akan CFVd buktikan di halaman halaman berikut melalui tes di lapangan dan lab. Para peneliti di Ricoh sudah berhasil mengeliminasi kekurangan dari SLR dan kamera compact dengan cara memisahkan sensor dan menyatukannya di modul lensa. Dalam satu sisi, lensa dapat diganti sekaligus dengan tipe sensornya. Hal ini yang membuat fleksibilitas kamera ini menjadi lebih baik dibanding kamera compact lainnya.
Pengoperasian yang Baik
Desain bodi dari GXR mengingatkan kami pada kamera Ricoh seri GR Digital III. Di samping bantalan karet untuk penggenggaman yang lebih baik, kamera ini juga masih memakai LCD sebesar 3 inchi dengan resolusi sebesar 920.000 pixel. Seluruh tulisan dan simbol dapat ditampilkan dengan baik dan gambar dapat ditampilkan dengan cukup kontras dan jelas.
Bagi yang sudah pernah memakai kamera Ricoh sebelumnya, tentu akan fasih dengan pengaturan manual yang disajikan kamera ini, sesuai dengan kebiasaan setiap pengguna. Sebagai contoh, dua tombol ‘Fn’ dapat dikonfigurasi sedemikian rupa dan dapat memuat fungsi-fungsi seperti pengaturan flash compensation dan exposure bracketing. Anda dapat mengelompokkan parameter-parameter sesuai dengan keinginan Anda di setiap tombol ‘Fn‘ ini. Bagi pengguna yang ingin melakukan navigasi secara cepat, terdapat tombol putar ‘Adj’. Setelah menekan tombol, akan terlihat pilihan di sebelah kanan atas layar. Satu tips buat Anda, tombol navigasi cepat ini dapat digunakan untuk mengakses fungsi-fungsi yang umum seperti white balance, ISO, resolusi, dan jenis fokus.
Tes Modul Kamera Baru:
Modul kamera baru dalam pengujian: Pengujian Ricoh GXR memang membawa dilema bagi kami untuk menguji secara DSLR atau kamera compact. Masing-masing modul memiliki karakteristik yang sangat berbeda, A12 secara sensor harus diuji secara DSLR, sedangkan S10 harus dinilai secara kamera compact. Disisi lain, A12 memakai lensa fix dan S10 memakai lensa zoom standar. Akhirnya, kami menguji kamera ini dalam dua platform yang berbeda untuk memberikan hasil yang cukup komparatif.
Untuk memudahkan pengoperasian, tombol navigasi multifungsi dapat mengarah tidak hanya ke empat arah, melainkan delapan arah. Sebagai tambahan, tersedia tombol ‘+’ dan ‘-‘ untuk pengubahan exposure compensation secara spontan.
Menyamai kualitas DSLR: Sensor CMOS dari A12 cukup meyakinkan dengan noise yang sangat rendah hingga ISO 1.600.
Baik, tapi tidak istimewa: Sensor CCD S10 hingga ISO 800 masih terlihat baik. Walaupun demikian, peranan noise reduction terlihat.cukup dominan..
Tombol fungsi ‘Direct’ merupakan hal pertama yang dilakukan Ricoh. Tombol ini berfungsi untuk menampilkan beberapa fungsi penting dalam pemotretan. Hal ini mengingatkan kami pada layar display DSLR pada umumnya. Pada saat fungsifungsi ini tampil di layar, Anda dapat langsung mengubah sesuai dengan nilai yang Anda inginkan. Seperti DSLR, pengubahan aperture dilakukan melalui tombol putar di dekat tombol shutter, kemudian pengaturan kecepatan shutter dan lainnya dilakukan lewat tombol ‘Adj’. Secara umum, pengoperasian Ricoh GXR sangat mudah dan tidak merepotkan.
Sensor APS-C dalam Bodi Compact
Selain sistem navigasi dan pengoperasian yang baru, hal yang paling menarik adalah penggunaan sistem modul pada Ricoh GXR. Saat ini, baru tersedia dua modul. Yang pertama dan paling menarik adalah modul A-12 dengan lensa setara dengan 50mm F/2.5 (33mm) macro. Modul ini tidak hanya menawarkan kualitas optik yang baik tapi juga memiliki sensor CMOS sebesar 23,6 x 15,7 mm, sebesar sensor APS-C. Sensor sebesar ini biasanya hanya ditemukan di body DSLR. Kamera dengan format Micro Four Third seperti yang baru baru ini dikeluarkan oleh Panasonic dan Olympus pun masih memiliki ukuran sensor yang lebih kecil. Walaupun demikian ,untuk tetap menjaga bentuk, tampaknya Ricoh masih enggan untuk mengimplementasikan image stabilizer dan mekanisme zoom pada modul dengan sensor sebesar ini.
Pengunci: Agar tombol putar ini tidak mudah bergerak, Anda harus menekan penguncinya terlebih dahulu sebelum mengganti mode
Rel pengunci:untuk mencegah pergeseran, kamera ini menggunakan sistem rel untuk pemasangan modul.
Memudahkan: parameter yang penting dapat diakses lewat tombol direct dan diganti lewat tombol multi selector.
Fungsi berlimpah: Ricoh selalu menawarkan isi menu yang beragam dan dapat diatur secara leluasa.
Kualitas Gambar Setara DSLR?
Besarnya sensor yang setara dengan sensor DSLR membawa ekspektasi yang tinggi pada kamera ini. Ekspektasi ini hanya bisa dijawab melalui pengujian lab. Hasil pengujian kami menunjukkan bahwa Ricoh tidak mengumbar omong kosong melalui modul A12. Ricoh GXR tidak hanya menaruh standar baru pada kualitas gambar kamera compact, tapi juga membuktikan kualitas gambar dengan angka ketajaman 1.248 LP/LH yang sedikit lebih baik dengan hasil pengujian kami pada kamera Nikon D5000 dengan lensa 50mm. Hingga ISO 800, Ricoh masih tetap lebih unggul. Dengan hasil yang demikian, Ricoh dapat memposisikan dirinya diantara kamera compact yang memakai format micro four third seperti Panasonic GF-1.
Ricoh GXR dengan S10 24mm * f7,2 * 2,5detik * ISO200
Filter Noise: Saat menjelang matahari terbit di Munich merupakan kondisi ideal untuk menguji perilaku noise di sensor CCD yang kecil ini. Hasilnya, pada iso 200 saat long exposure, detail mulai berkurang karena penggunaan filter noise.
Ricoh GXR dengan A12 50mm * f2,5 * 1/4detik * ISO200
Berkreasi: modul makro A-12 pada GXR membuka ruang untuk bereksperimen dan berkreasi untuk mendapatkan hasil yang unik dan menarik.
Modul lain yang tersedia adalah modul S10. Modul ini memiliki lensa 2,5-4,4mm atau yang setara dengan 24-70mm di format full frame. Nilai konversi yang cukup jauh ini disebabkan CCD yang cukup kecil selayaknya kamera compact pada umumnya. Modul ini dilengkapi image stabilizer untuk mengatasi pemotretan di kondisi cahaya minim.
Pada saat pengujian, shutter lag yang ditunjukkan oleh A12 cukup lama, yaitu 1.26 detik. Kondisi ini sudah dibantu dengan penggunaan fokus manual. Pada modul S10, shutter lag jauh lebih singkat, yaitu 0.42 detik. Hal lain yang kami temui adalah konsumsi baterai yang cukup boros pada A12, yaitu berkisar antara 80 shot hingga 270 shot per pengisian baterai. Modul S10 menunjukkan konsumsi yang lebih normal, yaitu 100 hingga 360 shot per pengisian baterai.
Macro: Lensa prime setara dengan 50 mm dari modul A12 memperlihatkan perbesaran yang cukup besar dengan DOF yang sangat sempit di aperture terlebar (F/2.5).
Konsep yang sangat menarik, seandainya tidak diikuti oleh harga yang tinggi dan beberapa kelemahan yang krusial. Donovan Dennis (VTP),
+ Kualitas gambar yang sangat baik (A12). Sensor terlindungi dari debu.
- Baterai yang lemah, harga tinggi, dan lag yang terlalu panjang (A12)
Direkomendasikan untuk makro dan portrait dengan modul A12 dan dengan bodi yang ringkas untuk perjalanan.
Tidak disarankan untuk kondisi cahaya rendah dengan modul S10 dan snapshot.
(1) Diukur sesuai standar ISO 12233: Angka makin tinggi, makin tinggi resolusi (2) Diukur sesuai standar ISO 15739: Angka makin rendah, noise semakin rendah. (3) Deviasi (Delta E) dari angka yang diharapkan di level kecerahan pada referensi 16 bit kanal warna. Makin rendah angka, makin rendah deviasi. (4) Persentasi Makin rendah angka, makin baik.
by: chip